Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) bekerjasama dengan Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan, dengan bangga mempersembahkan Seri Diskusi Afternoon Tea #38: Estetika Islam bersama Bambang Q. Anees selaku pembicara dan ditanggapi oleh Yogie Achmad Ginanjar.
"Bicara tentang estetika dari sudut pandang agama tidak akan mengecualikan pisau bedah analitis, bagi Ibnu Rusyd (Oliver Leaman: 2005,230). Estetika Islam pun dengan demikian dapat diperlakukan serupa. Dalam Estetika Islam, Menafsirkan Seni dan Keindahan, Leaman mencoba menjernihkan kesimpangsiuran filsafat seni Islam sebagai sebuah ruang gerak yang tidak memberi kemungkinan pewacanaan."
Sebaliknya, berbagai wacana dapat mengalir dengan deras saat kita menyoal satu elemen yang misalnya paling fundamental dalam estetika Islam: cinta dan keindahan. Afternoon Tea kali ini mencoba membincangkan kedua kutub ini dalam satu arena dialektis dan seturut gagasan yang diajukan oleh estetikus Richard Wollheim: kita akan melihat bagaimana melukis―sebagai kegiatan seeing-in (Matthew Kieran: 2006,147)―dibongkar lapis demi lapisnya lewat perspektif Estetika Islam.
Bambang Q. Anees
Bambang Q. Anees (lahir di Serang) menyelesaikan kuliah di Jurusan Akidah dan Filsafat, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Bandung. Ia kemudian mengajar Religious Studies pada program pascasarjana di sana.
Yogie Achmad Ginanjar
Yogie Achmad Ginanjar (lahir 1981 di Bandung) lulus dari Studio Seni Lukis, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2006. Banyak lukisan Yogie berasal dari ketertarikannya untuk mengintervensi idiom, tanda dan kode yang ada di dalam seni lukis Barat. Ia baru saja meraih penghargaan Public Vote Prize dalam ajang Sovereign Asian Art Prize 2017.
Untuk informasi lebih lanjut, mohon hubungi:
Adytria Negara
Program Manager
+62 851-9500-4505
Mardohar B.B. Simanjuntak
Lahir 1977, Mardohar B.B. Simanjuntak adalah dosen estetika di Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) Bandung. Selain aktif mengajar dan meneliti di universitas, juga menjadi pegiat fotografi independen dan menjadi pembicara di forum seperti Seminar Estetik “Larut” yang diadakan oleh Galeri Nasional Indonesia, moderator di berbagai forum kebudayaan, menulis buku tentang estetika, filsafat dan politik, dan turut pula berpartisipasi dalam pameran kelompok yang diadakan di Bandung.