Berhala yang Merusak Kebersamaan
5 September 2022
Amphitheater
Mimbar Selasar 2022
Sempat tertunda dua tahun akibat krisis pandemik, kali ini Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) kembali menyelenggarakan Mimbar Selasar. Mimbar Selasar adalah forum pencerahan publik yang dikelola oleh Selasar Sunaryo Art Space. Forum ini diadakan satu kali setiap tahun, dimaksudkan untuk menangkap persoalan-persoalan inti yang dihadapi bangsa ini dan untuk mendapatkan terobosan-terobosan inspiratif bagi perjalanan peradaban Indonesia menuju masa depan. SSAS berangkat dari perspektif seni, tetapi dalam perkembangannya kini, seni bukan lagi wilayah eksklusif, ia sudah semakin bersifat interdisipliner, kian menyatu dengan pergumulan nilai dalam kehidupan sehari-hari dan dengan problem keadaban manusia secara luas. Dalam kerangka itu, perspektif khas Mimbar Selasar adalah mengamplifikasi visi-visi baru yang dapat berguna bagi evolusi kesadaran masyarakat menuju masa depan.
"Judul ini dimaksudkan untuk menggarisbawahi salah satu paradoks terbesar masa kini. Kemajuan teknologi informasi memungkinkan kita untuk menjangkau dunia yang jauh serta mendapat pengetahuan mengenai beragam kebudayaan dan berbagai peristiwa. Fenomena ini alih-alih mewujudkan penerimaan atas keberbedaan, dalam batas tertentu justru sering memunculkan polarisasi, ketakutan pada liyan, serta tindakan dan sikap intoleransi."
Krisis pandemik COVID-19 sesungguhnya telah memberi banyak pelajaran, salah satunya, bahwa kita butuh kebersamaan untuk menghadapi krisis sebesar itu. Seharusnya kita bersegera mengalihkan sikap mengakumulasi laba ala kapitalisme, menggantinya dengan semangat berbagi. Seharusnya kita bersegera merevolusi massal sikap kita pada alam. Kenyataannya tidak. Polarisasi ala era informasi—seperti yang pernah mengemuka di tahun politik 2019 dan direspon juga oleh Mimbar Selasar kala itu—tetap berlangsung di tengah krisis yang melanda kita bersama.
Prof. Dr. Bambang Sugiharto
Prof. Dr. Bambang Sugiharto, lulusan Universitā San Tomasso, Roma, Italia, di bidang Filsafat. Ia penulis berbagai buku ihwal postmodernisme, persoalan kebudayaan, agama, dan seni kontemporer; di antaranya :“Overlapping territories : Asian Voices on Culture and Civilization” (Cambridge Scholars Publishing, 2011); “Kebudayaan dan Kondisi Post-Tradisi” (Kanisius: 2020).
Ia mendapat Anugerah Budaya Kota Bandung 2012; pernah menjabat sebagai presiden, Asian Association of Christian Philosophers, dan sekjen International Society for Universal Dialogue, New York; juga anggota Akademi Jakarta serta anggota Dewan Pertimbangan Kuratorial SSAS. Ia adalah fellow pada beberapa lembaga filsafat, a.l. : di Tokyo, Copenhagen, Washington DC, dan Hongkong. Saat ini ia mengajar di Universitas Katolik Parahyangan,Pascasarjana FSRD ITB, dan UIN Sunan Gunung Djati (Bandung)
Prof. Dr. H. Bambang Q-Anees
Prof. Dr. H. Bambang Q-Anees adalah Guru Besar di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pengajar Filsafat dan Teologi ini adalah penulis dan pengkaji soal-soal Agama, Filsafat dan Kebudayaan.
Tulisannya tersebar di berbagai media (Pikiran Rakyat, Media Indonesia, Kompas, dll). Sebagai penyair, puisi-puisinya dimuat di BENTARA BUDAYA KOMPAS , Pertemuan Kecil KHAZANAH Pikiran Rakyat, dan media lainnya. Ia juga sering terlibat dalam kegiatan kebudayaan dan seni. Dalam upaya memasyarakatkan tradisi berpikir mandiri, ia menjadi pendiri sejumlah komunitas, di antaranya: Pasamoan Sophia, Madrasah Filsafat, serta Madrasah Rumi. Saat ini ia menjadi ketua LAKPESDAM (Lembaga Kajian Pesantren dan Sumber Daya Manusia ) PW NU Jawa Barat. Bebera- pa judul buku karyanya: “Mencari Benih Muhammad” (2021), “Cukup Muhammad Saja Bagiku” (2021), “Meditasi Al-Ghazali”, “Critical Reading Buku Al-Munqidzh Min al-Dlal” (2021), “Beragama dalam Proses: Refleksi Kitab Hikam Ibn Athaillah” (2022, dalam proses terbit), “Problem Seni Rupa Islam” (2022, proses terbit).
Untuk informasi lebih lanjut, mohon hubungi:
Adytria Negara
Program Manager
+62 851-9500-4505