Bandung New Emergence 3

2-22 mei 2010

Bandung New Emergence (BNE) merupakan pameran reguler berskala dua tahunan di Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) yang bertujuan untuk memetakan perkembangan seni rupa kontemporer di Bandung melalui karya-karya seniman muda (young emerging artists).
 
Sejak penyelenggaraannya yang pertama (2006) BNE telah menjadi pameran yang berhasil memunculkan karya-karya dan sosok talenta muda yang kini namanya semakin berkibar dalam pameran-pameran nasional maupun internasional. Para seniman yang masuk dalam seleksi kuratorial BNE adalah mereka para seniman muda yang telah menapaki karir sebagai seniman—berkarya, terlibat dalam proyek-proyek seni maupun workshop dan berpameran—minimum  sejak dua sampai tiga tahun belakangan.
 
Yang unik dalam BNE adalah bahwa dalam setiap penyelenggaraanya kurator selalu menerapkan metode dan seleksi yang berbeda-beda. BNE, dengan demikian, bukanlah sebuah pameran seni rupa yang rutin semata dan bertujuan memunculkan seniman-seniman baru. Lebih dari itu, BNE adalah peristiwa unik yang selalu ingin menghadirkan kejutan dan wacana-wacana baru yang memperkaya khasanah penciptaan dan pembacaan terhadap praktik seni rupa kontemporer di Indonesia.

Pada penyelenggaraan yang pertama (BNE, 2006), menawarkan bingkai kuratorial yang berupaya membaca perkembangan praktik seni yang berbasis kelompok (artist initiative) terutama oleh karena mulai bermunculannya kelompok-kelompok seniman semacam TROMARAMA, Abstra-x, Restart, ASAP, dan Button Kultur di Bandung. Kemunculan kelompok-kelompok ini dibaca sebagai sebuah gejala sosial yang spesifik dan berdampak pada kecenderungan artistik yang berbeda dengan generasi seniman Bandung sebelumnya.

Penyelenggaraan yang kedua (BNE v.2, 2008) mencoba menawarkan definisi yang baru dari istilah ‘seniman’. Dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menghubungkan praktik budaya kreatif (creative culture) di Bandung yang sejak lama terkenal dengan fesyen dan musik anak mudanya yang khas, BNE v.2 memperluas kualifikasi peserta pameran dengan melibatkan para desainer dan musisi. Dengan demikian, peserta BNE v.2 memang bukan sekadar para ‘seniman’ atau ‘perupa’, melainkan ‘kreator’, yang dianggap lebih mewakili ciri khas praktik budaya anak muda di Bandung, di mana batas-batas seni dan budaya populer cenderung ‘tipis’, karena pergaulan para pelakunya yang sangat berbaur. Tampil dalam pameran ini seniman-seniman seperti: GHOST (Agra Satria dan Yasmina Yustiviani), J. Ariadhitya Pramuhendra, Tommy Aditama Putra, CAPO project  dll.

Kali ini, Bandung New Emergence volume 3 (BNE v.3, 2010) dihadirkan dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang ‘keberlangsungan’ dan ‘pengaruh’, seperti misalnya: Adakah pengaruh generasi seniman Bandung terdahulu pada kekaryaan seniman-seniman muda saat ini? Jika ada, seperti apa? Untuk menjawab pertanyaan itu, pameran ini melibatkan beberapa seniman Bandung yang ‘lebih senior’—Nurdian Ichsan, Prilla Tania dan RE Hartanto—yang kemudian bertindak sebagai rekan diskusi bagi para seniman-seniman muda yang berpameran.

Pada akhirnya karya-karya yang tampil pada BNE v.3 kali ini berbeda karena dihasilkan melalui sebuah proses dialog dan diskusi yang intens antara seniman dan para rekan dialognya: Sebuah simulasi tentang ‘keberlangsungan’ dan ‘pengaruh’ dalam seni rupa Bandung. Dikuratori oleh Agung Hujatnikajennong, BNE v.3 menampilkan karya-karya  Bagus Pandega, Banung Grahita, Dita Gambiro, Dilla Martina Ayulia, Endira FJ, Erwin Windu Pranata, Faisal Habibi, Leyla Aprilia, Maradita Sutantio, Mariam Sofrina, R. Yuki Agriardi, Reggie Aquara, Syaiful Aulia Garibaldi dan Wastuwidyawan Paramaputra.